--- SELAMAT DATANG DI WEBSITE LEMBAGA STUDI ISLAM MADANI --- PESANTREN MADANI KOTA CIMAHI --- YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM MADANI KOTA CIMAHI JAWA BARAT INDONESIA --- TELP. 085624018800 ATAU 082117533596 ---

Sabtu, 10 Desember 2011

SHALAT GERHANA DAN BERLINDUNG DARI ADZAB QUBUR


SHALAT GERHANA DAN BERLINDUNG DARI ADZAB QUBUR
(kajian hadits riwayat al-Bukhari dari A`isyah)
A. Teks Hadits dan Tarjamah
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَمْرَةَ بِنْتِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ يَهُودِيَّةً جَاءَتْ تَسْأَلُهَا فَقَالَتْ لَهَا أَعَاذَكِ اللَّهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ فَسَأَلَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُعَذَّبُ النَّاسُ فِي قُبُورِهِمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَائِذًا بِاللَّهِ مِنْ ذَلِكَ ثُمَّ رَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ غَدَاةٍ مَرْكَبًا فَخَسَفَتْ الشَّمْسُ فَرَجَعَ ضُحًى فَمَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ الْحُجَرِ ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي وَقَامَ النَّاسُ وَرَاءَهُ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ فَسَجَدَ ثُمَّ قَامَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ فَسَجَدَ وَانْصَرَفَ فَقَالَ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ ثُمَّ أَمَرَهُمْ أَنْ يَتَعَوَّذُوا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ-
Abd Allah bin Maslamah telah menyampaikan hadits pada kami, dari Malik, dari yahya, dari Sa'id, dari Amrah binti Abd al-Rahman, dari 'A`isyah isteri Nabi SAW; seorang perempuan yahudi datang kepa Aisyah minta sesuatu. Setelah dipenuhi Aisyah, perempuan tersebut berdo'a: Semoga Allah melindungimu dari siksa qubur. Kemudian Aisyah bertanya pada Rasul SAW: Apakah ada manusia yang disiksa  dalam quburnya? Rasul SAW bersabda: Aku Berlindung kepada Allah dari hal tersebut (siksa qubur)! Kemudian beliau pada suatu hari pergi dengan menaiki kendaraan. Di tengah perjalanan terjadi gerhana matahari, maka beliau segera pulang pada waktu dluha. Beliau melewati rumah-rumah isterinya, dan berdiri untuk shalat. Di belakang beliau pun kaum muslimin berdiri ikut berjamaah. Rasul SAW berdiri lama, kemudian ruku dengan lama. Beliau berdiri lagi agak lama tapi tidak selama pada yang pertama. Kemudian ruku laki agak lama tapi tidak sama dengan ruku yang pertama lamanya. Kemudian beliau berdiri, lalu sujud. Kemudian Rasul SAW berdiri lagi agak lama, tapi tidak sama lamanya dengan sebelumnya. Kemudian ruku agak lama, tapi tidak sama dengan yang sebelumnya. Beliau berdiri lagi agak lama tapi tidak selama pada yang sebelumnya. Kemudian ruku laki agak lama tapi tidak sama dengan ruku yang sebelumnya. Kemudian beliau mengangkat kepalanya, lalu sujud. Tatkala shalatnya selesai, Rasul SAW bersabda menyampaikan apa yang diperintahkan Allah SWT  untuk ia sampaikan. Kemudian beliau memerintah umatnya untuk berlindung kepada Allah siksa qubur.  Hr. al-Bukhari.[1]

B. Takhrij hadits
1.Sanad hadits

2. Perbandingan Redaksi Hadits 
Hadits ini, selain diriwayatkan oleh al-Bukhari diriwayatkan pula oleh yang lainnya seperti Malik, Ahmad, Abu Awanah dan al-Bayhaqi dengan redaksi, sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
MUKHARRIJ
REDAKSI HADITS
Malik bin Anas (94-179H), Abu Awanah (w.316H), al-Bayhaqi (w.458H).[2]
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ يَهُودِيَّةً جَاءَتْ تَسْأَلُهَا فَقَالَتْ أَعَاذَكِ اللَّهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ فَسَأَلَتْ عَائِشَةُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُعَذَّبُ النَّاسُ فِي قُبُورِهِمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَائِذًا بِاللَّهِ مِنْ ذَلِكَ ثُمَّ رَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ غَدَاةٍ مَرْكَبًا فَخَسَفَتْ الشَّمْسُ فَرَجَعَ ضُحًى فَمَرَّ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ الْحُجَرِ ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي وَقَامَ النَّاسُ وَرَاءَهُ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ فَسَجَدَ ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ انْصَرَفَ فَقَالَ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ ثُمَّ أَمَرَهُمْ أَنْ يَتَعَوَّذُوا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
Karena redaksinya sama dengan riwayat al-Bukhari, maka tarjamahnya pun tidak berbeda
Ahmad bin Hanbal (164-241H)[3]
عن عمرة قَالَتْ سَمِعْتُ عَائِشَةَ تَقُولُ جَاءَتْنِي يَهُودِيَّةٌ تَسْأَلُنِي فَقَالَتْ أَعَاذَكِ اللَّهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ فَلَمَّا جَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنُعَذَّبُ فِي الْقُبُورِ قَالَ عَائِذٌ بِاللَّهِ فَرَكِبَ مَرْكَبًا فَخَسَفَتْ الشَّمْسُ فَخَرَجْتُ فَكُنْتُ بَيْنَ الْحُجَرِ مَعَ النِّسْوَةِ فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ مَرْكَبِهِ فَأَتَى مُصَلَّاهُ فَصَلَّى النَّاسُ وَرَاءَهُ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ سَجَدَ فَأَطَالَ السُّجُودَ ثُمَّ قَامَ أَيْسَرَ مِنْ قِيَامِهِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ أَيْسَرَ مِنْ رُكُوعِهِ الْأَوَّلِ ثُمَّ قَامَ أَيْسَرَ مِنْ قِيَامِهِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ أَيْسَرَ مِنْ رُكُوعِهِ الْأَوَّلِ ثُمَّ سَجَدَ أَيْسَرَ مِنْ سُجُودِهِ الْأَوَّلِ فَكَانَتْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ فَتَجَلَّتْ الشَّمْسُ فَقَالَ إِنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِي الْقُبُورِ كَفِتْنَةِ الدَّجَّالِ قَالَتْ فَسَمِعْتُهُ بَعْدَ ذَلِكَ يَسْتَعِيذُ بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
Hadits dari Amrah, mengatakan, saya mendengar A`isyah berkata: seorang perempuan yahudi meminta sesuatu padaku. Kemudian dia mengatakan "semoga Allah melindungimu dari siksa qubur". Tatkala Rasul SAW tiba, saya bertanya: Wahai Rasul apakah kita disiksa dalam qubur? Rasul bersabda: Aku berlindunglah kepada Allah! Kemudian beliau naik kendaraan, ternyata terjadi gerhana matahari. Kemudian saya ke luar, dan berada di antra rumah para isteri nabi. Tidak lama kemudian Rasul SAW tiba dan turun dari kendaraannya menuju tempat shalat. Kaum muslimin shalat(berma'mum) di belakang beliau. Beliau berdiri lama, kemudian ruku yang lama. Kemudian bangkit dan berdiri lama, kemudian ruku lama, dan bangkit lagi, lalu bersujud yang lama. Kemudian beliau berdiri yang lebih ringan berdirinya dari yang pertama, lalu ruku lebih pendek dari ruku sebelumnya, kemudian berdiri yang lebih pendek dari sebelumnya, lalu ruku lagi yang lebih pendek dari sebelumnya hingga jumlahnya empat kali ruku dan empat kali sujud. Tidak lama kemudian matahari telah nampak jelas, kemudian Rasul SAW bersabda: sesungguhnya kalian difitnah dalam qubur seperti fitnah dajjal. Aisyah menerangkan: saya mendengar Rasul setelah  itu, berlindunh kepada Allah dari siks qubur.
Berdasar perbandingan redaksi dalam tabel ini, terdapat perbedaan redaksi antara riwayat Ahmad dengan yang lain, tapi essensinya sama.

C. Syarh Hadits
1. عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَdari A'isyah istri Nabi SAW.
Kalimat ini mengisyaratkan bahwa shahabat yang menerima hadits langsung dari Rasul SAW adalah isterinya. Beliau menceritakan pengalamannya ketika kedatangan wanita yahudi minta bantuan.
2. أَنَّ يَهُودِيَّةً جَاءَتْ تَسْأَلُهَاseorang wanita yahudi datang keada Aisyah minta sesuatu. Menurut al-Bana, wanita yahudi menghadap A'isyah minta bantuan shadaqah. Tatkala telah dipenuhinya, wanita yahudi itu mengucapkan terima kasih, dan mendo'akan sebagaimana biasa disampaikan pada orang yang berjasa. Mereka mengetahui dalam kitab taurat bahwa ada siksa qubur bagi kaum Fir'aun, maka mendo'akan agar Aisyah yang berjasa dilindungi Allah SWT.[4]
Dalam riwayat Ahmad, Aisyah mengatakan جَاءَتْنِي يَهُودِيَّةٌ تَسْأَلُنِي (wanita yahudi datang kepadaku meminta sesuatu). [5]
3. فَقَالَتْ لَهَا أَعَاذَكِ اللَّهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِwanita yahudi itu mendo'akan Aisyah: semoga Allah SWT melindungimu dari siksa qubur.
Do'a semacam ini, tentu saja mengagetkan Aisyah, karena saat itu belum pernah menerima berita tentang ada atau tidak adanya siksa kubur. Beliau hanya tahu bahwa siksaan dan pahala itu terjadi setelah adanya alam kebangkitan serta hari perhitngan.[6]
4. فَسَأَلَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُعَذَّبُ النَّاسُ فِي قُبُورِهِمْ (Aisya bertanya kepada Rasul SAW, apakah manusia ada yang disiksa di alam qubur mereka?). Huruf أ (hamzah) pada أَيُعَذَّبُ berfungsi إستِفْهَام (kalimat tanya), yang mengisyaratkan klarifikasi apakah betul manusia disiksa di alam quburnya? Dalam riwayat Ahmad diterangkan bahwa Aisyah berkata فَلَمَّا جَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنُعَذَّبُ فِي الْقُبُورِ (tatkala Rasul SAW tiba, maka saya bertanya padanya: Wahai Rasul, apakah betul ada siksaan bagi kita di alam qubur?)
5. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَائِذًا بِاللَّهِ مِنْ ذَلِكَRasul SAW bersabda, aku berlindung kepada Allah dari kejadian tersebit.
Perkataanعَائِذًا  bisa berma'na أَعُوذُ عَائِذًا بِالله (aku berlindung kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya), bisa juga berma'na أعُوْذُ حَال كَوْنِي عَائِذًا بِالله (aku berlindung dalam keadaanku yang berlindung kepada Allah), مِنْ ذَلِكَ (dari hal tersbut) yaitu من عَذَب القَبر dari siksa qubur. Hal ini bisa terjadi sebelum Rasul SAW mendapat wahyu tentang penjelasan siksa qubur. [7] Sekan-akan beliau ingin menandaskan, kalau lah benar bisa terjadi siksa qubur, aku akan berlindung pada Allah darinya. Namun dalam riwayat Ahmad bunyinya عَائِذٌ بِاللَّهِ, kedudukan rafa sebagai predikat (khabar mubtada) yang kalimat lengkapnya  أَنَا عَائِذُ بِالله (aku adalah yang berlindung kepada Allah).[8] Al-Karmani berkomentar:يَحْتَمِل أَنَّهُ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَعَوَّذ سِرًّا فَلَمَّا رَأَى اِسْتِغْرَاب عَائِشَة حِين سَمِعَتْ ذَلِكَ مِنْ الْيَهُودِيَّة أَعْلَنَ بِهِ  (boleh jadi Rasul SAW, sebelumnya sudah berdo'a untuk mendapat perlindungan Allah SWT dari siksa qubur, tapi secara sirr tanpa diketahui A'isyah. Tatkala Ai'syah merasa asing terhadap ucapan yahudi, maka Rasul SAW melakukannya secara terang-terangan). [9]
6. ثُمَّ رَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ غَدَاةٍ مَرْكَبًاkemudian Rasul SAW menaiki kendaraan pada waktu pagi.
Dalam riwayat al-Humaidi diterangkan ثم خرج رسول الله  صلى الله عليه وسلم  يوما في مركب (kemudian Rasul ke luar dengan menaiki kendaraan).[10] Dengan demikian saat itu, Rasul SAW tidak langsung menerangkan bagaimana terjadinya siksa qubur, melainkan berlanjut melaksanakan tugas sehari-harinya. Dalam riwayat Abu Awanah diterangkan bahwa Aisyah setelah itu ke luar menemui para istri nabi yang lainnya.[11]
7. فَخَسَفَتْ الشَّمْسُ tiba-tiba terjadi gerhana matahari
Perkataan خَسَف menurut bahasa النُقْصَان (berkurang/ bahkan hilang). Dalam hadits ini digunakan perkataan tersebut pada الشمس (matahari). Jadi gerhana matahari disebut خُسُوف الشمس sedangkan gerhana bulan sering disebut كسوف. Di kalangan ulama ada yang berpendapat bahwa penggunaan kata tersebut menjadi bahasa baku. Ulama fiqih menetapkan الخُسُوف بِالقَمَر والكُسُوف بِالشمس, tapi dalam al-Qur`an dan ahdits terkadang bebas saja penggunaannya[12].
Dalam hadits ini ternyata menggunakan istilah خسوف untuk gerhana matahari, sedangkan pada hadits dari al-Mughirah menggunakan istilah إنْكَسَفت الشمس (terjadi gerhana matahari) [13]. Menurut bahasa perkataan الخُسُوف mempunyai arti  التَّغَيُّر إلى السواد (berubah menjadi hitam). Dalam al-Qur`an terdapat ayat yang berbunyi وَخَسَفَ الْقَمَرُ (dan apabila bulan telah hilang cahayanya,Qs.75:8).
8. فَرَجَعَ ضُحًى فَمَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ الْحُجَرِ (maka Rasul segera pulang walau masih waktu dluha. Beliau melewati pintu-pintu rumah para isterinya).
Dalam riwayat lain diterangkan bahwa Rasul SAW pulang lebih awal dari biasanya, kemudian mendatangi rumah para istrinya untuk mengajak ibadah yang berkaitan dengan gerhana.
9. ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي وَقَامَ النَّاسُ وَرَاءَهُkemudian beliau berdiri, dan kaum muslimin pun berdiri di belakangnya.
Kalimat ini mengisyaratkan bahwa shalat gerhana dilakukan secara berjamaah. Dalam riwayat lain, tatkala gerhana terjadi, Rasul SAW memerintahkan mu`adzin agar menyeru shahabatnya dengan mengumandangkan kalimat الصَّلاة جَامِعَة  (mari kita segera lakukan shalat dengan berjamaah);
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ الشَّمْسَ خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ مُنَادِيًا ب الصَّلَاةُ جَامِعَةٌ فَتَقَدَّمَ فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ
Diriwayatkan dari Aisyah, ketika terjadi gerhana di jaman Rasul SAW, beliau menguts mu`adzin dengan menyerukan kalimat الصَّلَاةُ جَامِعَةٌ   kemudian beliau maju ke dpan malaksanakan shalat dengan empat ruku dalam dua raka'at dan empat kali sujud. Hr.al-Bukhari dan Muslim.[14]
10. فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ فَسَجَدَ Rasul SAW berdiri lama, kemudian ruku dengan lama. Beliau berdiri lagi agak lama tapi tidak selama pada yang pertama. Kemudian ruku laki agak lama tapi tidak sama dengan ruku yang pertama lamanya. Kemudian beliau berdiri, lalu sujud.
Menurut riwayat Ibn Abbas, pada waktu berdiri pertama ini, Rasul SAW membaca al-Qur`an ba'da fatihah, kira-kira menamatkan surat al-Baqarah.[15] Sedangkan Ali bin Abi Thalib, pada waktu berdiri pertama di shalat gerhana membaca surat Yasin.[16] Dengan demikian memilih bacaan al-Qur`an, bukan suatu ketentuan, tapi memilih yang surat yang agak panjang. Adapun bacaan al-Qur`an untuk berikutnya mesti lebih pendek dari yang pertama, dan demikian pula selanjutnya.
11. ثُمَّ قَامَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ فَسَجَدَ وَانْصَرَفَ Kemudian Rasul SAW berdiri lagi agak lama, tapi tidak sama lamanya dengan sebelumnya. Kemudian ruku agak lama, tapi tidak sama dengan yang sebelumnya. Beliau berdiri lagi agak lama tapi tidak selama pada yang sebelumnya. Kemudian ruku laki agak lama tapi tidak sama dengan ruku yang sebelumnya. Kemudian beliau mengangkat kepalanya, lalu sujud, dan menyelesaikan shalat.
Tegasnya shalat gerhana itu berdasar hadits ini dilakukan sebanyak dua raka'at, dan tiap raka'atnya terdiri dua kali ruku, dua kali fatihah, dua kali baca surat. Raka'aat pertama mesti lebih panjang dari raka'at selanjutnya.
9. فَقَالَ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ ِkemudian beliau berkhuthbah menyampaikan apa yang mesti beliau sampaikan.
Tentang cara shalat dan isi khuthbah gerhana dalam hadits al-Bukhari diterangkan sebagai berikut:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ خَسَفَتْ الشَّمْسُ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاسِ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ ثُمَّ قَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ سَجَدَ فَأَطَالَ السُّجُودَ ثُمَّ فَعَلَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مِثْلَ مَا فَعَلَ فِي الْأُولَى ثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدْ انْجَلَتْ الشَّمْسُ فَخَطَبَ النَّاسَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا ثُمَّ قَالَ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَرُ مِنْ اللَّهِ أَنْ يَزْنِيَ عَبْدُهُ أَوْ تَزْنِيَ أَمَتُهُ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلبَكَيْتُمْ كَثِيرًا
Hadits disampaikan pada kami oleh Abd Allah bin Maslamah, dari Malik, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya yang diterima dari Aisyah. Sesungguhnya dia menerangkan: di jaman Rasul SAW pernah terjadi gerhana matahari. Rasul SAW saat itu shalat mengimami orang banyak. Beliau berdiri cukup lama, kemudian ruku lama, kemudian berdiri lagi agak lama tapi tidak sebanding berdiri pertama, kemudian ruku lagi yang agak lama tapi tidak sama dengan ruku pertama lamanya. Kemudian beliau sujud agak lama, kemudian melakukan hal yang sama pada raka'at kedua. Setelah shalat, yang saat itu matahari mulai kelihatan, kemudian berkhuthbah yang diawali dengan memuji Allah dan mengagungkan-Nya. Beliau bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua ayat dari ayat-ayat Allah, tidak gerhana karena kematian seseorang atau kehiduapannya. Jika kalian melihat keduanya gerhana maka berdo'alah pada Allah, bertakbir, shalat, dan bersedekahlah!. Kemudian beliau meneruskan khuthbahnya: Hai umat Muhammad! Demi Allah tidak ada yang lebih cemburu daripada Allah terhadap orang yang berzina atau amatnya yang melakukan zina. Hai umat Muhammad demi Allah! Jika kalian tahu apa yang ku ketahui tentu kalian akan sedikit ketawa dan banyak menangis.   Hr. al-Bukhari,[17]
Adapun materi khuthbah yang disampaikan berdasar hadits ini antara lain (1) setelah hamdalah meluruskan kekeliruan anggapan masyarakat, (2) memerintah takbir, (3) mengajak berdo'a, menyeru untuk shalat, (4) memerintah shadaqah, (5) melarang zina, (6) mengingatkan hari akhir, (7) mengajak waspada. Menurut al-Banna, pengunci hadits ini juga mengisyaratkan bahwa selama gerhana, janganlah banyak tertawa, tapi perbanyaklah taubat, mengingat dosa.[18]
10. ثُمَّ أَمَرَهُمْ أَنْ يَتَعَوَّذُوا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرkemudian beliau memerintah mereka untuk berlindung kepada Allah dari adzab qubur. 
Perintah tersebut memberi isyarat bahwa (1) khuthbah mesti diakhiri dengan berdo'a kepada Allah SWT, (2) membenarkan adanya siksa qubur yang terjadi sebelum hari qiamat, (3) selama gerhana hendaknya mengingat hari akhir.

D. Beberapa Ibrah
1. Matahari dan bulan merupakan ayat Allah yang bersifat kawniyah yang mesti dipelajari oleh setiap umat. Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. Qs.10:5
2. Terjadi gerhana tidak ada kaitannya dengan mati atau hidup seseorang. Perhatikan hadits berikut:
عن الْمُغِيرَة بْن شُعْبَةَ يَقُولُ انْكَسَفَتْ الشَّمْسُ يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ فَقَالَ النَّاسُ انْكَسَفَتْ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِيَ
Diriwayatkan dari Amughirah bin Syu'bah: terjadi gerhana matahari bertepatan dengan wafatnya Ibrahim (putra Rasul SAW). Orang-orang menyangka bahwa matahari gerhana karena wafatnya Ibrahim. Rasul SAW bersabda: sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan kedua ayat dari ayat-ayat Allah, tidak terjadi gerhana terkait dengan mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat matahari dan bulan gerhana, maka berdo'alah kepada Allah dan shalatlat hingga selesai. Hr. Ahmad, al-Bukhari, Muslim.[19]
3. Adzab qubur adalah kebenaran yang mesti diimani.
عن مسروق سَأَلَتْ عَائِشَةُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ عَذَابِ الْقَبْرِ فَقَالَ نَعَمْ عَذَابُ الْقَبْرِ حَقٌّ قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدُ صَلَّى صَلَاةً إِلَّا تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
Diriwayatkan dari Masruq bahwa Aisyah bertanya kepada Rasul SAW tentang adzab qubur. Rasul SAW bersabda ya, siksa qubur itu benar. Kata Aisyah, saya tidak pernah melihat Rasul SAW stelah itu shalat kecuali dilengkapi dengan berlindung dari adzab qubur. Hr. al-Bukhari.[20]
 Rasul SAW setelah mendapat wahyu tentang adanya adzab qubur, selalu berlindung kepada Allah dari adzab-Nya. Perhatikan hadits berikut:
عن عَائِشَة قَالَتْ فَسَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدُ يَسْتَعِيذُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
Diriwayatkan dari A'isyah, saya mendengar Rasul Allah SAW setelah menerima wahyu tentang fitnah qubur, suka berdoa memohon perlindungan dari Adzab qubur. Hr. Ahmad, Muslim, al-Nasa`iy.[21]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ ذَلِكَ يَسْتَعِيذُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
Abu Hurairah menandaskan: Saya mendengar Rasul SAW setelah itu berlindung dari adzab qubur. Hr. Muslim dan al-Nasa`iy.[22]
Masalah adzab qubur, tidak ada kaitan dengan peristiwa gerhana, melainkan hanya pertanyaan A'isyah kebetulan bertepatan dengan hari terjadinya gerhana. Namun do'a perlindungan dari adzab qubur, biasa dipanjatkan Rasul SAW pada setiap akhir shalat.
4. Ibadah yang mesti dilakukan ketika terjadi gerhana adalah (1) takbir, (2) shalat berjamaah sebanyak dua raka'at terdiri atas empat kali ruku, empat kali sujud, yang disertai khuthbah, (3) berdo'a, (4) memperbanyak sedekah.
5. terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang hukum shalat gerhana. Imam Hanafi dan Abu Awanah berpendapat bahwa hukum shalat gerhana adalah wajib. Menurut al-Syafi'iy hukumnya adalah sunnat mu`akkad.[23]
6. Dalam hadits yang dikaji di sini, shalat gerhana itu dilakukan secara berjamaah. Ada ulama yang berpendapat bahwa berjamaah itu merupakan suatu kemestian. Namun menurut Madzhab Syafi'iy dan Hanbali, boleh saja dilakukan sendirian. Menurut Madzhab hanafi, jika tidak ada khathib dari imam jum'at, boleh saja shalat gerhana dilakukan di rumah masing-masing dengan dua atau empat taka'at.[24]
7. Cara melaksanakan shalat gerhana itu adalah (1)memulai dengan takbir ihram, (2) membaca al-Fatihah, (3) membaca surat al-Qur`an yang panjang, (4) ruku agak lama, (5) berdiri lagi, membaca al-fatihah, (6) membaca surat al-Qur`an yang panjang tapi tidak sepanjang sebelumnya, (7)ruku dengan panjang tapi tidak sama dengan yang sebelumnya, (8) I'tidal, (9)sujud, (10) duduk antara dua sujud, (11) sujud lagi, (12) berdiri, membaca al-fatihah, (13) membaca surat al-Qur`an lebih pendek dari sebelumnya, (14)ruku lebih pendek dari yang sebelumnya, (15) berdiri, membaca surat al-Fatihah, (16) membaca surat al-Qur`an yang lebih pendek dari yang sebelumnya, (17) ruku, (18) I'tidal, (19) sujud, (20) iftiras, (21) sujud, (22) bangkit dari sujud, tasyahud akhir, (23) mengakhirinya dengan salam.
8. Setelah shalat dilanjutkan dengan khuthbah. Adapun materi yang disampaikan dalam khuthbah, di samping ajakan mempertebal iman, mendorong banyak ibadah, membangun kehidupan soasil kemasyarakatan, juga masalah yang aktual yang dibutuhkan jawabannya oleh masyarakat. Hal ini terbukti tatkal ada pertanyaan tentang siksa qubur, maka Rasul berkhtuhbah tentang adzab qubur. Tatkala masyarakat keliru memandang alam, rasul khuthbah tentang alam semesta.
9. Waktu shalat adalah sejak mulai gerhana hingga berakhir. Artinya boleh di awal, boleh di tengah, boleh pula diakhirnya. Madzhab Hanafi dan Maliki, shalat gerhana dilakukan pada waktu yang diperbolehkan shalat sunat, bukan pada waktu terlarang seperti ba'da ashar atau ba'da shubuh. Menurut al-Syafi'iy, setiap terjadi gerhana bisa dilakukan pada waktu gerhana itu sendiri, walau saat waktu terlarang, karena menjadi boleh apabila ada sebab yang memerintahnya. Kalimat فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا bersifat umum, tanpa batas waktu terlarang. [25]


[1] Shahih al-Bukhari, I h.356, 359

[2] al-Muwaththa, I h.87. hadits ini, dengan redaksi yang sama, diriwayatkan Abu Awanah (w.316H), dalam Musnad, II h.377, al-Baihaqi(384-458H), dalam al-Sunan al-Kubra, III h.323

[3] Musnad Ahmad, VI h.248

[4] al-Fath al-Rabbani, VI h.199

[5] Musnad Ahmad, VI h.248

[6] al-Muntaqa, Syarh al-Muwatha, I h.455

[7] Syarh al-Zarqani, I h.535

[8] al-Fath al-Rabbani, VI h.199

[9] Fath al-Bary, IV h.447

[10] Abu Bkr al-Humaidi (w.219H), Musnad al-Humaidi, I h.94

[11] Musnad Abi Awanah, II h.376

[12] Subul al-Salam, II h.73

[13] Musnad Ahamad, no.17441, Shahih al-Bukhari, no.1000, Shahih Muslim, 1522

[14] Shahih al-Bukhari, I h.354, Shahih Muslim, II h.620

[15] Shahih Muslim, II h.626,

[16] Musnad Ahmad, I h.143

[17] Shahih al-Bukhari, I h.351

[18] al-Fath al-Rabbani, VI h.228

[19] Musnad Ahamad, no.17441, Shahih al-Bukhari, no.1000, Shahih Muslim, 1522

[20] Shahih al-Bukahri, I h.462

[21] Musnad ahmad, no.23133, Shahih Muslim, no.920, Sunan al-Nasa`iy, no.2030

[22] Shahih Muslim, no.921, Sunan al-Nasa`iy, no.2034

[23]  al-Shan'ani, Subul al-Salam, II h.73

[24] Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, II h.407

[25] Bidayat al-Mujtahid, I h.205

Tidak ada komentar: